Jumat, 14 Februari 2014

TEORI EMULSI



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1      TEORI
1.      Defenisi Emulsi
a.        FI III : 9
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat air atau distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
b.       FI IV : 6
Emulsi adalah sistem dua fase dimana salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan-tetesan kecil.
c.        RPS 18 th : 298
Emulsi adalah suatu sistem terdispersi yang terdiri dari paling sedikit 2 fase cairan yang tidak saling bercampur
d.       Lachman : 1029
Emulsi adalah suatu campuran yang tidak stabil secara termodinamika yang terdiri dari 2 cairan yang tidak saling bercampur
e.        Parrot : 354
Emulsi adalah suatu sistem polifase dari 2 campuran yang tidak saling bercampur. Salah satunya tersuspensi dengan  bantuan  emulgator  keseluruh partikel lainnya. Ukuran  diameter partikelnya 0.2 – 50 m.
f.         Physical Phar. : 522
Emulsi adalah sistem yamg tidak stabil secara termodinamika mengandung paling  sedikit  2 fase  cair yang tidak bercampur satu diantaranya terdispersi sebagai globul-globul (fase pendispersi) dalam fase cair lainnya (fase kontinyu) distabilkan dengan adanya bahan pengemulsi / emulgator.
g.        Scoville’s :314
Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah sediaan yang mengandung 2 cairan yang tidak bercampur, satu diantaranya terdispersi secara seragam sebagai globul
h.       Ansel : 376
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak saling bercampur
i.          Encyclopedia : 138
Umumnya digambarkan sebagai sistem heterogen, terdiri dari dua cairan yang tidak bercampur. Satu diantaranya didispersikan secara seragam sebagai tetesan kecil dalam cairan lain
Kesimpulan :
Emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara termodinamika, yang terdiri dari paling sedikit dua fase cairan minyak dan air yang tidak bercampur, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase lainnya secara seragam dalam bentuk tetesan – tetesan kecil dengan ukuran diameter 0,1 – 100 nm yang distabilkan dengan emulgator / surfaktan yang cocok (sesuai)
2.      Keuntungan Sediaan Emulsi
a.         Lachman : 507
1)        Banyak bahan obat yang mempunyai rasa dan susunan yang tidak menyenangkan dan dapat dibuat lebih enak pada pemberian oral bila diformulasikan menjadi emulsi.
2)        Beberapa obat menjadi lebih mudah diabsorpsi bila obat-obat tersebut diberikan secara oral dalam bentuk emulsi.
3)        Emulsi memiliki derajat elegansi tertentu dan mudah discuci bila diinginkan.
4)        Formulator dapat mengontrol penampilan, viskositas, dan kekasaran (greasiness) dari emulsi kosmetik maupun emulsi dermal.
5)        Emulsi telah digunakan untuk pemberian makanan berlemak secara intravena akan lebih mudah jika dibuat dalam bentuk emulsi.
6)        Aksi emulsi dapat diperpanjang dan efek emollient yang lebih besar daripada jika dibandingkan dengan sediaan lain.
7)        Emulsi juga memiliki keuntungan biaya yang penting daripada preparat fase tunggal, sebagian besarlemak dan pelarut-pelarut untuk lemak yang dimaksudkan untuk pemakaian ke dalam tubuh manusia relatif memakan biaya, akibatnya pengenceran dengan suatu pengencer yang aman dan tidak mahal seperti air sangat diinginkan dari segi ekonomis selama kemanjuran  dan penampilan tidak dirusak.
b.        RPS 18th : 1535
1)        Dalam emulsi, efek terapeutik dan kemampuan tersebarnya bahan-bahan ditingkatkan.
2)        Rasa dan bau yang tidak menyenangkan dari minyak dapat ditutupi sebagian atau seluruhnya dengan emulsifikasi. Tehnik penutupan kedua tersedia untuk formulator tapi harus digunakan dengan hati-hati. Jika pengaroma dan bahan pemanis ditambahkan dalam emulsi, hanya dalam jumlah minimal digunakan untuk mencegah gangguan nausea atau lambung yang diakibatkan oleh pemberian yang dalam jumlah besar.
3)        Absorpsi dan penetrasi dari bahan obat dapat dikontrol lebih mudah jika digabung dalam bentuk emulsi.
4)        Aksi emulsi diperpanjang dan efek emollient yang lebih besar jika dibandingkan dengan sediaan lain.
5)        Air merupakan pembawa yang tidak mahal dan suatu pelarut untuk berbagai obat dan pengaroma yang. dicampur dalam emulsi.
c.         Encyclopedia : 138
1)        Emulsi untuk pemakaian luar hampir tipe minyak dalam air. Rasa dan bau dari obat/fase minyak dapat segera tertutupi jika diformulasi dalam bentuk emulsi.
2)        Fase luar berair efektif mengisolasi minyak dari rasa dan pengurangan dosis sehingga mudah ditelan dengan sejumlah minyak.
3)        Krim minyak dalam air mempunyai keuntungan yaitu dapat cepat dioleskan diatas kulit, dicampur dengan eksudat air dan dapat dihilangkan dari kulit dengan pencucian.
4)        Aksi obat diperpanjang dari beberapa emulsi karena obat -obatan tersebut berdifusi dari fase air terdispersi melalui medium fase kontinyu minyak untuk mencapai aliran/sirkulasi jaringan.
3.      Kerugian Emulsi
a.      Lachman : 1031
Emulsi kadang-kadang sulit dibuat dan membutuhkan tehnik pemprosesan khusus. Untuk menjamin karya tipe ini dan untuk membuatnya sebagai sediaan yang berguna, emulsi harus memiliki sifat yang diinginkan dan menimbulkan sedikit mungkin masalah-masalah yang berhubungan.



b.      Encyclopedia : 141
Meskipun sekarang telah ditetapkan dengan baik bahwa struktur dari emulsi dapat menutupi pengaruh bioavailabilitas obat, mekanismenya jauh lebih sulit dan banyak literatur yang berlawanan dalam pelepasan obat ke kulit
4.      Tipe-tipe Emulsi
a.       RPS 18th : 298
1)      M/A (minyak/air)           
Suatu emulsi dimana minyak terdispersi sebagai tetesan-tetesan dalam fase air dan diistilahkan emulsi minyak dalam air.
2)      A/M (air/minyak)           
Jika air adalah fase terdispersi dan minyak adalah medium pendispersi, maka emulsi disebut emulsi air dalam minyak.
3)      Emulsi Ganda
Dikembangkan berdasarkan pencegahan pelepasan bahanaktif. Dalam tipe emulsi ini dihadirkan 3 fase yang disebut bentuk emulsi A/M/A atau M/A/M atau disebut “emulsi  dalam emulsi”.
b.     Lachman : 1030
Jika tetesan-tetesan minyak didispersikan dalam fase air, fase kontinyu, maka emulsi disebut minyak dalam air (M/A). Jika minyak merupakan fase kontinyu, emulsi merupakan tipe air dalam minyak (A/M). Telah diamati bahwa emulsi M/A kadang-kadang berubah menjadi emulsi A/M atau sebaliknya (inversi).
Dua tipe emulsi tambahan yang digolongkan sebagai emulsi ganda, tampaknya diterima oleh para ahli kimia. Secara keseluruhan memungkinkan untuk membuat emulsi ganda dengan karakteristik minyak dalam air dalam minyak (M/A/M) atau air dalam minyak dalam air (A/M/A).
c.      Scoville’s : 315
Dalam farmasi, cairan yang Bisaanya digunakan dalam pembuatan emulsi adalah air dan minyak, berturut-turut baik emulsi minyak dalam air (M/A) atau air dalam minyak (A/M).
Setiap tipe emulsi memiliki tempat tertentu dalam farmasi. Tipe minyak dalam air digunakan untuk pemakaian dalam sedang tipe air dalam minyak Bisaanya dirancang sebagai lotio atau krim secara umum untuk pemakaian luar.
Kesimpulan :
Tipe – tipe emulsi
a.      Minyak dalam air (m/a)
suatu emulsi dimana minyak terdispersi sebagai tetesan – tetesan dalam fase air
b.      Air dalam minyak (a/m)
Suatu emulsi dimana air teridispersi sebagai tetesan – tetesan dalam medium pendispersinya yaitu fase minyak
c.       Emulsi Ganda
Tipe ini dikembangkan berdasarkan pencegahan pelepasan bahan aktif. Dalam tipe ini dihadirkan 3 fase, yaitu air dalam minyak dalam air (a/m/a) atau minyak dalam air dalam minyak (m/a/m)
5.      Ukuran tetesan terdispersi
a.      RPS 18th : 298
Kebanyakan emulsi yang berlaku dalam farmasi mempunyai partikel terdispersi dengan diameter dalam range 0,1-100 mm.
b.      Lachman : 1030
Ukuran partikel dari fase terdispersi menentukan penampilan sutau emulsi berkisar dari 0,25-10 m. Ditetapkan bahwa partikel-partikel terdispersi yang cukup baik mempunyai suatu diameter kurang dari ¼ panjang gelombang cahaya tampak sehingga transparan pada mata. Dalam suatu mikroemulsi, ada bola-bola terdispersi yang mempunyai jari-jari dibawah kisaran 10-75 nm.
Kesimpulan :
Ukuran tetesan terdispersi      : 0,1 – 100 µm
6.      Cara Memprediksi Tipe Emulsi (Lachman : 507)
Untuk memprediksi tipe emulsi yang terbentuk di bawah kondisi tertentu, maka interaksi dari parameter harus dipertimbangkan :
a.    Jika amfifil adalah larutan air yang esensial (misalnya sabun kalium/polioksietilen alkil dengan unit etilenoksida $ 5) Bisaanya membantu pembentukan emulsi M/A, juka surfaktan terutama larut dalam bagian lemak (sabun kalium, polioksietilen alkil dengan unit etilenoksida ¢5) dapat membantu pembentukan emulsi A/M jika kondisi lain diberikan.
b.   Bagian polar dari emulgator Bisaanya adalah barier yang lebih baik koalesens daripada bagian hidrokarbonnya. Oleh karena itu, memungkinkan untuk membuat emulsi M/A dengan volume fase internal yang relatif tinggi. Di lain pihak emulsi A/M (bariernya adalah hidrokarbon alam) terbatas dalam bagian ini dan berubah dengan mudah jika jumlah air yang ada sama. Contohnya ; air, minyak mineral, sorbitan monooleat, Bisaanya ditujukan untuk pembentukan emulsi A/M karena kurangnya unit etilenoksida hanya mungkin jika jumlah air < 40 % dari volumenya. Jumlah air yang lebih tinggi akan membentuk emulsi M/A.
c.    Bahkan jika airnya 20-30 %, emulsi A/M akan tetap terbentuk jika air ditambahkan pada minyak pada pencampuran. Penambahan kedua fase bersama-sama diikuti dengan pencampuran menunjukkan emulsi M/A pada seluruh konsentrasi air diatas 10 %.
d.   Terakhir, tipe emulsi yang terbentuk dipengaruhi oleh viskositas masing-masing fase, peningkatan viskositas dari fase membentuk fase luar. Meskipun terdapat kesulitan ini, seseorang dapat mengharapkan suatu pengemulsi yang larut dalam air secara dominant membentuk emulsi M/A. Sedangkan kebalikannya adalah besar untuk surfaktan yang pada dasarnya larut dalam minyak.
Kesimpulan :
Cara memprediksi tipe emulsi :
a.       Jika surfaktan (emulgator) larut dalam air, maka akan terbentuk emulsi minyak dalam air (m/a). Begitu juga sebaliknya jika surfaktan (emulgator) larut dalam minya, maka akan terbentuk emulsi air dalam minyak (a/m)
b.      Emulsi air dalam minyak (a/m) dapat terbentuk jika jumlah air < 40 % dari volumenya. Jumlah yang lebih tinggi dari 40 % akan membentuk tipe emulsi minyak dalam air (m/a)
c.       Walaupun airnya hanya 20 – 30 %, emulsi minyak dalam air (m/a) akan tetap terbentuk jika air ditambahkan pada proses pencampuran
d.      Berdasarkan viskositas. Emulsi yang terbentuk didasarkan pada viskositas setiap fase. Peningkatan viskositas akan membentuk fase luar
7.      Cara Menentukan Tipe Emulsi
a.        RPS 18th : 299
1)      Uji pengenceran.
Metode ini tergantung pada kenyataan bahwa suatu emulsi M/A dapat diencerkan dengan air dan emulsi A/M  dengan minyak. Saat minyak ditambahkan, tidak akan bercampur ke dalam emulsi dan dan akan nampak nyata pemisahannya. Tes ini secara benar dibuktikan bila penambahan air atau minyak diamati secara mikroskop.
2)      Uji Konduktivitas.
Emulsi dimana fase kontinyu adalah cair dapat dianggap memiliki konduktivitas yang tinggi dibanding emulsi dimana fase kontinyunya adalah minyak. Berdasarkan ketika sepasang elektrode dihubungkan dengan sebuah lampu dan sumber listrik,  dimasukkan dalam emulsi M/A, lampu akan menyala karena menghantarkan arus untuk kedua elektrode. Jika lampu tidak menyala, diasumsikan bahwa sistem A/M.
3)      Uji Kelarutan Warna
Bahwa suatu pewarna larut air akan larut dalam fase berair dari emulsi. Sementara zat warna larut minyak akan ditarik oleh fase minyak. Jadi ketika pengujian mikroskopik menunjukkan bahwa  zat warna larut air telah ditarik untuk fase kontinyu, uji ini diulangi menggunakan sejumlah kecil pewarna larut minyak, pewarnaan fase kontinyu menunjukkan tipe A/M.
b.       DOM : 509
Beberapa metode tersedia untuk menentukan tipe emulsi. Beberapa metode paling umum meliputi pengenceran tetesan, kelarutan cat, pembentukan creaming, konduktivitas listrik, dan tes fluoresensi.
1)      Tes Pengenceran Tetesan
Metode ini berdasarkan prinsip bahwa emulsi bercampur dengan luar akibatnya, jika air ditambahkan ke dalam emulsi M/A, air akan terdispersi cepat dalam emulsi. Jika minyak ditambahkan tidak akan terdispersi tanpa pengadukan yang kuat. Begitu pula dengan emulsi A/M.
2)      Uji kelarutan cat
Uji ini berdasarkan prinsip bahwa dispersi cat secara seragam melalui emulsi jika cat larut dalam fase luar. Amaran, cat larut air secara cepat mewarnai emulsi M/A tapi tidak mewarnai emulsi tipe A/M. Sudan III, cat larut minyak dengan cepat mewarnai emulsi A/M, tidak tipe M/A.
3)      Uji Arah Creaming
Creaming adalah fenomena antara 2 emulsi yang terpisah dari cairan aslinya dimana salah satunya mengapung pada permukaan lainnya. Konsentrasi fase terdispersi adalah lebih tinggi dalam emulsi yang terpisah. Jika berat jenis relatif tinggi dari kedua fase diketahui, maka arah creaming dari fase terdispersi menunjukkan adanya tipe emulsi M/A. jika cream emulsi menuju ke bawah berarti emulsi A/M. hal ini berdasarkan asumsi bahwa  mimyak kurang padat daripada air.
4)      Uji Hantaran Listrik
Uji hantaran listrik berdasarkan pada prinsip bahwa air menghantarkan arus listrik sedangkan minyak tidak. Jika elektrode ditempatkan pada emulsi menghantarkan artus listrik, maka emulsi M/A. jika sistem tidak menghantarkan arus listrik, maka emulsi adalah A/M.
5)      Tes Fluoresensi
Banyak minyak jika dipaparkan pada sinar UV berfluoresensi, jika tetesan emulsi dibentangkan dalam lampu fluoresensi di bawah mikroskop dan semuanya berfluoresensi, menunjukkan emulsi A/M. Tapi jika emulsi M/A, fluoresensinya berbintik-bintik.
c.        Lachman : 508
Uji
Pengamatan
Keterangan
Uji pengenceran


Uji warna





COCl2/kertas
saring




Fluoresensi






Daya hantar
Emulsi hanya dapat diencerksan dengan fase luar
Zat warna padat yang larut dalam air hanya mewarnai emulsi M/A dan sebaliknya.
Pengamatan mikroskopis Biasanya membantu
Kertas saring dijenuhkan dengan COCl2 dan dikeringkan (biru) berubah menjadi merah muda bila emulsi M/A ditambahkan
Karena minyak berfluoresensi dibawah sinar UV, emulsi M/A menunjukkan pola titik-titik  sedang emulsi A/M seluruhnya berfluoresens
Aliran listrik dihantarkan oleh emulsi M/A, karena adanya zat-zat ionik dalam air
Hanya berguna untuk emulsi cair
Bisa gagal jika ada emulgator non ionik



Bisa gagal jika emulsi tidak stabil atau pecah dengan adanya elektrolit

Tidak selalu dapat diterapkan





Gagal dalam emulsi non ionic




Kesimpulan :
Cara menentukan tipe emulsi :
a.      Uji pengenceran
Tergantung pada bahan yang akan diencerkan. Jika emulsi minyak dalam air, maka diencerkan dengan air. Begitu juga sebaliknya jika emulsi air dalm minyak diencerkan dengan minyak
b.      Uji konduktifitas
Air merupakan penghantar listrik yang baik. Jikasepasang elektroda dihubunngkan dengan sebuah lampu dan sumber listrik, kemudian dimasukkan ke dalam emulsi. Apabila lampunya menyala maka tipe emulsi minyak dalam air dan jika lampunya tidak menyala maka tipe emulsi air dalam minyak
c.       Uji kelarutan warna
Suatu pewarna larut air akan larut dalam fase berair dari emulsi dan zat warna yang larut minyak akan ditarik oleh fase minyak.
Contoh : methylen blue larut dalam air, jika dimasukkan dalam emulsi menimbulkan warna maka terbentuk emulsi tipe minyak dalam air. Begitu juga untuk pewarna Sudan III larut dalam minyak, jika dimasukan kedalam  emulsi dan memberikan warna maka terbentuk emulsi tipe air dalam minyak.
d.      Uji fluoresensi
Minyak jika dipaparkan pada sinar UV akan berfluoresensi. Jika emulsi dipaparkan pada lampu UV dan semuanya berfluoresensi / berpendar maka emulsi tipe air dalam minyak. Tetapi jika emulsi dipaparkan pada lampu UV dan fluoresensinya berbintik – bintik maka emulsi tipe minyak dalam air
e.       Uji arah creaming
Creaming adalah pemisahan antara 2 fase. Jika arah creamingnya ke bawah maka tipe emulsi yang terbentuk adalah air dalam minyak. Tetapi jika arah creaming ke atas maka tipe emulsi yang terbentuk adalam minyak dalam air


























f.       Uji kertas saring / COCl2
Kertas saring yang dijenuhkan dengan COCl2 dan dikeringkan (biru) berubah menjadi merah muda, bila emulsi minyak dalam air ditambahkan.
8.      Pembentukan dan pemecahan tetesan terdispersi (RPS 18th : 299)



Bentuk awalnya merupakan dua fase yang tidak saling bercampur satu sama lain yaitu fase air dan fase minyak karena terdapat tegangan antarmuka yang sangat tinggi. Ketika dilakukan pengocokan, kedua fase cair tersebut akan terdispersi dalam bentuk tetesan – tetesan kecil tetapi belum tercampur secara sempurna karena masih terdapat tegangan antarmuka. Oleh karena itu di butuhkan emulgator untuk menurunkan tegangan antar muka dan memutuskan benang – benang antar kedua fase sehingga fase air dan fase minyak dapat bercampur membentuk tetesan – tetesan terdispersi. Ketika ditambahkan emulgator dan dilakukan pengocokan, tergantung fase  mana yang lebih cepat untuk berikatan dengan emulgator, jika fase air yang lebih cepat berikatan dengan emulgator maka akan membentuk emulsi tipe minyak dalam air (m/a). Begitu juga sebaliknya jika fase minyak yang lebih cepat berikatan dengan emulgator maka akan terbentuk emulsi tipe air dalam minyak (a/m).
9.      Teori Emulsifikasi (Scoville’s :316-317)
Dalam semua cairan terdapat tekanan yang menyebabkan tetesan dari cairan yang mempunyai bentuk pada permukaan paling bawah dengan hubungannya dengan ukuran yaitu bentuk bola. Karena itu, jika dua tetesan dalam kontak satu sama lain, mereka berkoalesen membentuk satu tetesan yang lebih besar karena hasil ini dalam penurunan total permukaan ditunjukkan oleh massa cairan yang dihadirkan kembali. Tanggung jawab kekuatan untuk keadaan ini dapat diukur dan dikenal sebagai tegangan permukaan dari cairan jika kontak dengan udara atau dengan uapnya sendiri dan “Tegangan antar muka” jika cairan kontak dengan cairan yang lainnya. Bahan yang mana bila ditambahkan ke dalam cairan, tegangan antar mukanya lebih rendah apada batas cairan disebut juga surface agent atau bahan pembasah.
Tegangan antar muka ini dapat diatasi dengan cepat untuk membuat cairan hancur menjadi globul yang lebih kecil. Bagaimanapun, jika tidak dilakukan sesuatu untuk mencegah efek dari tegangan ini, globul akan berkoalesens dan emulsi akan pecah. Dapat dilihat bahwa efek dari tegangan ini dapat dicegah dengan tiga cara ; dengan maksud agar beberapa bahan yang akan menurunkan tegangan antar muka antar cairan; dengan maksud agar beberapa bahan dapat memutuskan teangan antar muka dari dua cairan dan menahannya bersama-sama melalui kekuatan yang dahsyat; atau dengan maksud agar beberapa bahan akan membentuk lapisan sekitar globvul dari fase terdispersi dan menjaganya secara mekanik dari pembentukan koalesen.
a.      Teori tegangan permukaan
Pendek kata, dasar teori ini adalah bahwa analisis dihasilkan jika beberapa bahan dimasukkan ke tegangan antar muka yang lebih rendah antara cairan. Teori ini kurang diterima dan membuatnya mungkin untuk menghasilkan system dua fase yang stabil. Suatu surfaktan yang memiliki tegangan antar muka yang lebih rendah dan menghambat kecendrungan tetesan-tetesan dari fine berkoalesen dan mempertahankan ukurannya yang kecil sebagai gayaq penstabil dalam emulsi.



b.      Teori Oriented-Wedge
Teori ini menjelaskan fenomena dari pembentukan emulsi berdasarkan kelarutan sedikit dari sejumlah bahan pengemulsi. Jumlah ini memiliki afinitas yang besar dari air dan vice versa. Dugaan bahwa bahan pengemulsi seperti sabun mengubahnya menjadi lapisan monomolekuler dari semua kelompok dari polaritas yang sama dari sisi lapisan. Pengubahan dari setiap molekul setiap tetesan air, memberikan bentuk Wedge. Oleh karena itu,kurva dari lapisan molekul dan pembentukan suatu minyak dalam air atau emulsi air dalam minyak yang tergantung pada baik kelarutan minyak atau sejumlah kelarutan dari molekul yang lebih besar. Tahun ini telah dikritik bahwa tidak mungkin pembentukan lapisan monomolekuler dalam system emulsi; dengan tidak adanya kelompok polar tertentu dalam banyak bahan pengemulsi yang umum; dan tidak dijelaskan kenapa beberapa bahan yang bukan bahan pengemulsi untuk bahan tersebut dalam pembentukan emulsi.
c.       Teori lapisan plastis
Berdasarkan teori ini bahan pengemulsi disimpan pada permukaan sertiap tetesan dari fase terdispersi dalam membentuk lapisan plastis. Lapisan ini mencegah kontak dan koalesen cairan yang terdifusi. Oleh karena itui, efek dari bahan pengemulsi murni secara mekanik dan tidak tergantung pada tegangan antar muka apapun. Pembentukan emulsi air dal;am minyak atau minyak dalam air dijelaskan berdasarkan kelarutan selektif dari bahan pengemulsi yang digunakan bahwa kelarutan memberikan peningkatan kepada emulsi minyak dalam air dan kelarutan minyak membentuk emulsi air dalam minyak. Emulsifikasi dapat digambarkan lalu keterlibatannya pertama dalam pembentukannya baik dalam larutan koloidal atau larutan sejati dari bahan pengemulsi dalam salah satu cairan dan berikutnya dalam pengendapan sejumlah kecil bahan ini melalui kontak dengan cairan lain. Oleh karena itu, lapisan yang terbentuk dipertahankan dalam kondisi plastis melalui kontak dengan cairan dimana dia larut. Setiap globul akan disediakan bersama penyaluran pelindung yang kan melindunginya dari kontak dengan globul lain dari cairan yang sama dan mencegah koalesen. Peningkatan viskositas dari fase kontinu melalui penambahan sejumlah zat tambahan dari bahan pengemulsi yang sama yang akan menambah stabilitas sediaan melalui perintangan pergerakan dari partikel yang disalut dan mencegahnya kontak satu sama lain. Sebaliknya penambahan beberapa bahan akan menurunkan viskositas ataupun mengembalikan bahan pengemulsi yang kurang larut dalam fase kontinu baik secara fisik atau kimia akan membuat produk kurang stabil dan jika digunakan dalam jumlah yang cukup akan menyebabkan emulsi pecah
10.  Fenomena ketidakstabilan emulsi (RPS 18 th : 307)
a.      Creaming dan sedimentasi
Creaming adalah gerakan ke atas dari tetesan relatif zat terdispersi ke fase kontinu,sedagkan sedimentasi adalah proses pembalikan yaitu gerakan ke bawah dari partikel. Dalam beberapa emulsi, suatu proses atau lebih tergantung pada censitas dari fase terdispersi atau fase kontinu. Kecepatan sedimentasi tetesan atau partuikel dalam cairan dihubungkan dengan hukum stokes. Sementara persamaan hukum stokes untuk system bermassa telah dikembangkan,hukum ini sangat berguna untuk menunjukkan faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan sedimentasi atau creaming antara lain diameter tetesan yang terdispersi, viskositas medium pendispersi, dan perbedaan berat jenis antara fase terdispersi dan medium pendispersi. Pengurangan ukuran partikel yang terkonstribusi meningkatkan atau mengurangi creaming.
b.      Agregasi dan koalesensi
Lebih jauh, tetesan dapat diredispersikan kembali dengan pengocokan. Stabilitas dari emulsi dapat ditentukan dengan proses agregasi dan koalesensi. Dalam agregasi (flokulasi) tetesan yang terdispersi datang bersama namun tidak bercampur. Koalaesensi komplit penyatuan tetesan, diarahkan untuk mengurangi jumlah tetesan dan pemisahan dua fase yang tidak saling bercampur. Agregasi mendahului koalesensi dalam emulsi. Namun demikian, koalesensi tidak perlu mengikuti agregasi. Agregasi dalam beberapa jumlah bersifat reversible. Walaupun tidak seserius koalesensi, ini akan mempercepat creaming atau sedimentasi ketika agregat bertindak sebagai tetesan tunggal.
Sementara agregasi dihubungkan dengan potensial elektrikal. Tetesan, koalesensi tergantung pada sifat struktur lapisan interfase. Emulsi distabilkan dengan emulgator. Tipe surfaktan membbentuk lapisan monomolekuler. Koalesensi dilawan dengan elastisitas dan juga gaya kohesif lapisan film antara dua tetesan.
c.       Inversi
Emulsi dikatakan membalik ketika perubahan emulsi dari M/A ke A/M atau sebaliknya. Inversi kadang-kadang terjadi dengan penambahan elektrolit atau dengan mengubah rasio fase volume. Sebagai contoh emulsi M/A yang mengandung natrium stearat sebagai pengemulsi dapat ditambahkan kalsium klorida karena kalsium stearat dibentuk sebagai bahan pengemulsi lipofilik dan mengubah pembentukan produk A/M.
Inversi dapat dilihat ketika emulsi disiapkan dengan pemanasan dan pencampuran dua fase kemudian didinginkan. Hal ini terjadi kira-kira karena adanya daya larut bahan pengemulsi tergantung pada perubahan temperatur. Temperatur pada fase inversi. Telah ditunjukkan bahwa nilai dipengaruhi oleh nilai HLB dari surfaktan. Semakin tinggi nilai ALT, semakin besar tahanan untuk berubah (inversi)
11.  Pengertian Emulgator
a.      Parrot : 313
Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang menurunkan tegangan antar muka  antara minyak dan air dan mengelilingi tetesan terdispersi  dengan membentuk lapisan yang kuat untuk mencegah koalesensi dan pemisahan fase terdispersi.
b.      Encylopedia : 144
Bahan pengemulsi adalah bahan yang digunakan untuk pembentukan proses emulsifikasi pada waktu pembuatan dan pengontrolan saat penyimpanan.
c.       RPS 18 th : 300
Bahan pengemulsi adalah bahan yang ditambahkan untuk mencegah koalesensi sampai pada tingkat yang tidak nyata



12.  Sifat-sifat Emulgator Yang diinginkan (RPS 18 th : 300)
Beberapa sifat yang dipertimbangkan dari bahan pengemulsi :
a.    Harus efektif pada permukaan dan mengurangi tegangan antar muka sampai di bawah 10 dyne/cm.
b.   Harus diabsorbsi cepat di sekitar tetesan terdispersi sebagai lapisan kental mengadheren yang dapat mencegah koalesensi
c.    Memberikan tetesan-tetesan yang potensialnya listriknya cukup sehingga terjadi saling tolak-menolak
d.   Harus meningkatkan viskositas emulsi
e.    Harus efektif pada konsentrasi rendah
13.  Mekanisme Kerja Emulgator (Lachman : 1034)
a.      Penurunan Tegangan Permukaan
Walaupun pengurangan tegangan permukaan energi bebas antarmuka yang dihasilkan pada dispersi. Peranan zat pengemulsi sebagai batang antarmuka adalah yang paling penting. Ini dapat dilihat dengan jelas bila seseorang memperhatikan bahwa banyak polimer dan padatan yang terbagi halus, tidak efisien dalam menurunkan tegangan antarmuka, membentuk pembatas antarmuka yang baik sekali, bertindak untuk mencegah penggabungan dan berguna sebagai zat pengemulsi.



Kesimpulan :
Peranan emulgator adalah sebagai pemberi batas antarmuka masing – masing cairan dan mencegah penggabungan antar partikel partikel sehingga dapat mencegah flokulasi.
b.      Pembentuk Lapisan Antarmuka
Pembentukan lapisan – lapisan oleh suatu pengemulsi pada permukaan tetesan air atau minyak tidak dipelajari secara terperinci. Pengertian dari suatu lapisan tipis monomolekuler yang terarah dari zat pengemulsi tersebutpada permukaan fase dalam suatu emulsi. Cukup beralasan untuk mengharapkan molekul amfifilik untuk mengatur dirinya pada suatu antarmuka air, minyak dan bagian hidrofilik pada fase air. Juga sudah ditetapkan dengan baik bahwa zat aktif permukaan cenderung berkumpul pada antarmuka, dan pengemulsi diabsorbsi pada antar muka minyak dan air sebagai lapisan monomolekuler. Jika kensentrasi zat pengemulsi cukup tinggi, pengemulsi membentuk suatu lapisan yang kaku antara fase – fase yang tidak saling bercampur tersebut, yang bertindak sebagai suatu penghalang mekanik. Baik terhadap adhesi maupun menggabungnya tetesan – tetesan emulsi.
Kesimpulan :
Pengemulsi membentuka lapisan tipis menomolekuler pada permukaan fase terdispersi. Hal ini bedasarkan sifat amfifil (suka minyak dan air) dan pengemulsi yang cenderung untuk menempatkan dirinya pada tempat yang disukai. Bagian hidrofilik mengarah keminyak sehingga dengan adanya lapisan tipis kaku ini akan membentuk sautu penghalang meknik terhadap adhesi dan flokulasi yang terkemas rapat, sehingga dapat dibentuk emulsi stabil.
c.       Penolakan Elektrik
Telah digambarkan bagaimana lapisan antarmuka atau kristal cair lamellar mengubah laju penggabungan tetesan dengan bertindak sebagai pembatas. Disamping itu, lapisan yang sama atau serupa dapat menghasilkan gaya listrik tolak antara tetesan yang mendekat. Penolakan ini disebabkan oleh suatu lapisan listrik rangkap yang dapat timbul dari gugus – gugus bermuatan listrik yang mengarah pada permukaan bola-bola yang teremulsi M/A yang distabilkan dengan sabun Na. Molekul-molekul surfaktan tidak hanya berpusat pada antarmuka tetapi karena sifat polarnya, molekul-molekul tersebut terarah juga. Bagian bawah hidrokarbon dilarutkan dalam tetesan minyak, sedangkan kepala (ioniknya) menghadap ke fase kontinu (air). Akibat permukaan tetesan tersebut ditabur dengan gugus-gugus bermuatan, dalam hal ini gugus karboksilat yang bermuatan negatif. Ini menghasilkan suatu muatan listrik pada permukaan tetesan tersebut menghasilkan apa yang dikenal sebagai lapisan listrik rangkap.
Potensial yang dihasilkan oleh lapisan rangkap tersebut menciptakan suatu pengaruh tolak menolak antara tetesan – tetasan minyak, sehingga mencegah penggabungan. Walaupun potensial listrik tolak tidak dapat diukur secara langsung untuk membandingkan dengan teori. Toeri kuantitas yang behubungan, potensial zet dapat ditentukan. Potensial zeta untuk suatu emulsi yang distabilkan dengan surfaktan sebanding dengan dengan potensial lapisan rangkap hasil perhitungan. Tambahan pula, perubahan dalam potensial zeta parallel dengan perubahan potensial lapisn rangkap jika elektrolit ditaburkan. Hal ini dan data yng berhubungan dengan besarnya potensial pada antarmuka dapat digunakan untuk menghitung penolakan total atara tetes-tetes minyak sebagai suatu fungsi dari jeruk antara tetesan tersebut.



Gambar penolakan elektrik

d.      Padatan Terbagi Halus
Bagian emulgator ini membentuk lapisan khusus disekeliling tetesan terdispersi dan menghasilkan emulsi  yang meskipun berbutir  kasar, mempunyai stabilitas fisik. Hal ini dapat menyebabkan padatan dapat bekerja sebagai emulgator
14.  Pembagian Emulgator (Prescription : 215)
a.    Berdasarkan Struktur Kimianya
1)       RPS : 300-301
a)      Bahan pengemulsi sintetik
Ø  Anionik pada sub bagian ini ialah sulfaktan bermuatan (-)
Contoh : Na, K  dan garam-garam ammonium dari asam oleat dan laurat yang larut dalam air dan baik sebagai bahan pengemulsi tipe o/w. Bahan pengemulsi ini rasanya tidak menyenangkan dan mengiritasi saluran pencernaan
Ø  Kationik. Aktivitas permukaan pada kelompok ini bermuatan (+).  Komponen ini bertindak sebagai bakterisid dan juga menghasilkan emulsi antiinfeksi sepertimpada lotion kulit dan krem
Ø  Non ionic. Merupakan surfaktan tidak berpisah ditempat tersebar luas digunakan sebagai bahan pengemulsi ketika kerja keseimbangan molekul antara hidrofik dan lipofilik
b)     Emulgator alam
Banyak emulgator alam (tumbuhan, hewan). Bahan alam yang diperkirakan hanyalah gelatin, kritin dan kolesterol.
c)      Padatan terbagi halus
Bagian emulgator ini membentuk lapisan khusus disekelilin tetesan terdispersi dan menghasilkan emulsi  yang meskipun berbutr  kasar, mempunyai stabilitas pisik. Hal ini dapat menyebabkan padatan dapat bekerja sebagai emulgator  dari efek yang ditimbulkan dari pewarna dan serbuk halus.



2)       Scoville’s : 318
a)      Emulgator alam
Emulgator dapat dibagi menjadi beberapa kelompok :
Ø  Berasal dari tumbuhan
v  Karbohidrat
Gum dan bahan-bahan mucilago cocok untuk digunakan dalam emulsi farmasetik. Mereka mempunyai kemampuan mengemulsi banyak substansi secara murni dan menghasilkan emulsi yang Bisaanya bekerja baik jika dilindungi dari fermentasi dengan pengawet. Namun demikian, alkali, sodium borat, caitan alkohol dan garam metalik harus ditambahkan ke dalam gum sangat kationik dan encer, mencegah pemecahan karbohidrat yang banyak digunakan adalah akasia, tragakan, agar, chondrus, dextrum, malt ekstrak dan pektin membentuk minyak dalam air
Ø  Berasal dari hewan
v  Protein
v  Gelatin mengemulsi cairan petrolatum dengan lebih mudah dibanding minyak lain dan membuat suatu sediaan yang sangat putih dan lembut serta rasa yang enak. Protein juga membentuk emulsi yang jika digunakan dalam konsentrasi rendah.
Kerugian : Emulsi gelatin sulit dijaga dari kerusakan yang    membatasi  nilainya
v  Kuning telur
Keuntungan : Emulsi yang dibuat dengan kuning telur, stabil dengan asam dan garam. Jika kuning telur cukup segar, dapat membentuk emulsi yang creaming yang menunjukkan sedikit kecenderungan untuk memisah
Kerugian : Jika digunakan kuning telur, emulsi dapat membentuk koalesens dan dapat terwarnai lebih dalam
v  Albumin atau putih telur
Keuntungan : Serbuk putih telur lebih efektif dari pada putih telur segar karena lebih kental
Kerugian : Diendapakan oleh banyak bahan
v  Kasein
Protein dan susu telah digunakan sebagai bahan pengemulsi tapi tidak memiliki keuntungan di bandingkan akasia dan kurang stabil daripada akasia, tidak digunakan untuk tujuan berarti 
v  Susu kondensasi merupakan emulgator yang memiliki kemampuan mengemulsi sebanyak 15 kali dari beratnya sendiri terhadap campuran minyak atau sekitar 5 kali lebih besar dari minyak menguap.Karena kecenderungan untuk menjadi masam, sehingga hanya digunakan jika bahan-bahan akan dikonsumsi untuk 1 hari atau 2 hari, semua susu terlalu encer untuk sediaan emulsi
Ø  Lain – lain
v  Sabun dan Basa
Keuntungan : Sering digunakan dalam dermatologi untuk penggunaan luar. Sabun adalah emulgator yang lebih kuat khususnya sabun lembut sebagai  bahan yang mengurangi tegangan permukaan dari air
Kerugian : Menghasilkan sediaan yang tidak bercampur  dengan asam dengan berbagai tipe
v  Alkohol
b)     Padatan yang terbagi merata
c)      Emulgator sintetik
Contoh : Anionik, nonionik, kationik
b.   Berdasarkan Mekanisme aksinya
1)      RPS 18 th : 300
a)      Lapisan Monomolekuler    
Emulgator ini mampu menghasilkan emulsi dengan membentuk lapisan tunggal dari molekul atau ion antar muka air atau minyak yang diadsorpsi.
b)     Lapisan Multimolekuler    
Lapisan liofilik yang terhidrasi membentuk lapisan multimolekuler di sekeliling tetesan dari minyak yang terdispersi
c)      Lapisan Partikel Padat      
Partikel padat yang kecil dibasahi sampai beberapa derajad baik oleh fase cair dean non cair yang beraeaksi sebagai emulgator. Jika partikel terlalu hidrofilik partikel tersebut tinggal dalam fase cair tapi jika terlalu hidrofobik partikel tinggal, terdispersi dengan sempurnah dalam fase minyak. Syarat yang kedua adalah bahwa partikel kecil dalam hubungannya dengan tetesan dan fase terdispersi
2)      FarFis : 1147
Emulgator dapat dibagi atas tiga (3) golongan, yaitu :
a)      Zat-zat yanng aktif pada permukaan yang teradsorpsi pada antar muka minyak atau air membentuk lapisan monomolekuler  dan mengurangi tegangan antar muka.
b)      Koloid hidrofilik yang membentuk lapisan monomolekuler disekitar tetesan yang terdispersi dari minyak dalam suatu emulsi M/A
c)      Partikel padat yang terbagi halus yang diadsorpsi pada batas antar muka 2 fase cair yang tidak bercampur dan membentuk lapisan partikel di sekitar bola-bola terdispersi
15.      Metode Pembuatan Emulsi
a.      Metode Gom Basah
Metode ini cocok untuk emulsi yang dibuat dengan mucilago atau gom yang tidak larut sebagai emulgator. Metode ini penting digunakan meski lebih lembab dan tidak sebaik metode kontinental. Penting juga digunakan jika emulgator yang tersedia hanya dalam bentuk air atau harus dilarutkan lebih dahulu sebelum digunakan.
Caranya :
Gom dibuat dengan jumlah kecil lalu sejumlah kecil minyak di tambahkan dengan pengadukan teratur. Setelah emulsi sangat visko, ditambahkan lagi dengan pengadukan teratur sampai semua minyak tercampur. Setelah semua minyak ditambahkan, campuran dicukupkan volumenya dengan air.



Kesimpulan :
Gom didispersikan ke dalam air kemudian ditambahkan minyak dan dicampur hingga merata
b.      Metode Gom Kering
Metode ini cocok untuk emulsi yang dibuat dari emulgator gom kering.   
Caranya :
Gom kering (dengan jumlah setara dari 1 – 4 dari jumlah minyak), dideskripsikan sekaligus dengan pengadukan teratur sampai semua minyak tercampur dengan volume air ½ X jumlah minyak. Ditambahkan sekaligus dengan pengadukan teratur. Perbandingan 4 bagian dari minyak, 2 bagian air dan 1 bagian emulgator. Kemudian pengadukan dilanjutkan dengan kecepatan tinggi menggunakan gerakan spiral sampai terbentuk emulsi utama yang kembali, suara khas akan terdengan saat emulsi utama yang stabil telah jadi.
Kesimpulan :
Gom didispersikan terlebih dahulu dalam minyak kemudian ditambahkan air dan dicampur hingga merata



c.       Metode Botol
Metode ini digunakan khusus untuk emulsi yang mengandung minyak menguap dan minyak encer lainnya untuk mencegah zat tersebut terpercik.
Caranya :
Minyak dimasukkan dulu dalam botol besar lalu segera ditambahkan gom kering dan dikocok dengan cepat. Penting untuk menambahkan air dengan segera setelah gom terdispersi. Emulsi utama akan dibentuk melalui pengocokan.
d.      Metode Beker
Metode ini digunakan jika emulsi yang dibuat terdiri dari dua jenis emulgator (ada yang larut air dan ada yang larut minyak.
Caranya :
Masing-masing emulgator dimasukkan dalam beker terpisah diatas water batch dan dipanaskan sampai suhunya 70o C. setelah itu kedua emulgator mencapai suhu yang sama maka fase internal dimasukkan dalam fase eksternal dengan pengadukan dan terus diaduk sampai minyaknya hampir dingin, kalau tidak, maka lapisan minyak akan naik kepermukaan campuran dan memadat membentuk cake, maka sedapat mungkin terdispersi secara seragam sampai sediaan jadi.



16.       Intermilten Shaking
Pengocokan berselang-seling lebih efisien dibandingkan dengan pengocokan terus menerus karena dengan interval waktu yang singkat dapat memberi keserataan terhadap fase terdispersi bercampur dengan fase pendispersi. Pengocokan terus menerus dapat merusak emulsi menjadi retak karena merusak lapisan pelindung antarmuka secara sempurna dalam air dengan pengocokan mekanis dengan waktu kira-kira 2 menit. Jika emulsi tersebut didiamkan selama 20 – 30 detik.
17.       Rekomendasi Tambahan
a.       Untuk membuat suatu fase minyak yang mengandung sama bahan larut dalam minyak maka dipanaskan kira-kira 5 – 10 derajat diatas titik didih dari bahan yang titik lelehnya paling tinggi.
b.      Untuk fase air dipanaskan pada suhu yang lebih tinggi daripada fase minyak (missal minyak 70o dan air 80o). Hal ini dimaksudkan karena minyak lebih lama dingin daripada air, sehinga jika suhu air lebih rendah dari minyak maka air akan terlebih dahulu dingin sehingga suhunya tidak sama lagi dengan minyak.
c.       Jika sabun digunakan sebagai pengemulsi maka tidak perlu emulgator tambahan karena sabun bersifat insito dimana sabun merupakan hasil reaksi antara asam lemah dengan alkali dengan asam lemak ini akan bercampur dengan fase minyak sedang alkali akan bercampur dengan fase air membentuk suatu emulgator pada masing – masing fase.
d.      Emulgator yang larut air dilarutkan dalam fase air, sedang emulgator yang larut minyak dibuat dalam minyak, kadang – kadang bermamfaat jika memecahkan emulgator larut dalam air dan larut dalam minyak
e.       Untuk mencegah kehilangan pengaroma, dua parfum lebih baik ditaburkan pada suhu terendah (55o – 45o)
18.       Komposisi Emulsi
a.      Fase terdispersi
b.      Fase pendispersi
c.       Bahan penemulsi (emulgator)
d.      Bahan tambahan
1)      Pengawet
Ø  Scoville's : 329
Beberapa pengawet dibutuhkan dalam emulsi yang disimpan untuk mencegah proses pembusukan protein dan proses fermentasi pada gum dan struktur sekalian agar efektif, pengawet harus larut dalam fase air emulsi dimana ia dapat menggunakan aksi perlindungannya alkohol dari konsertrasi 7 sampai 12 persen sering digunakan untuk tujuan ini. Asam benzoat 0,2%. Kadang-kadang digunakan tapi kurang efektif. Gusein juga digunakan parahidroksi berzoat dalam konsentasi 0,1 – 0,2 persen telah digunakan tapi penggunaannya dapat dibahasi oleh karena kekuatannya dalam air besar. komponen amonium kuarter dari konsentrasi 0,05 – 0,1 persen telah memberikan komponennya sebagai pengawet untuk buatan gelatin dan sukrosa. Minyak menguap digunakan sebagai pengaroma yang cenderung bekerja sebagai penjawab. Tidak sedikit emulsi yang khusus positif untuk berubah atau dijaga untuk beberapa waktu. kulkas Bisaanya cukup dan tidak dibutuhkan pengawet. Untuk emulsi seperti minyak hati ikan yang akan mudah dioksidasi oleh udara. Di atmosfer karbonmonoksida dapat dihasilkan dengan tetesan potongan kecil es kering dalam botol emulsi dan membiarkan mengembun melalui emulsi sebelum botol ditutup. Akasia mengandung enzim oksidatif yang cenderung untuk merusak vitamin A dalam emulsi minyak hati ikan. Namun demikian, enzim dapat siap diinaktifkan dengan pemanasan akasia mucilogo untuk beberapa menit noda rat 100oc.   
Ø  Prescription : 225
Jamur, ragi dan bakteri ditemukan dalam fase cair pada emulsi dan suspensi merupakan media pertumbuhan yang baik. untuk alasan ini pengawet harus ditambahkan baik padatan dalam cairan maupun dispensi cairan dalam cairan yang disimpan lama lebih dari beberapa hari.
Asam benzoate (0,1 – 0,2), natrium berzoat (0,1 – 0,2%) alkohol (5-10%) fenil merkuri nitrat dan asetat (1 : 10.000 – 1 : 25.000) fenol (0 – 5%), ikhtisol (0,5%) klorbutanol (0,5%). Asam sorbat (0,2%) dan amonium kuartener kationik (1:10.000 – 1: 50.000) telah digunakan sebagai pengawet antibakteri dengan berbagai variasi telah proses.
Pengawet yang paling populer karena mereka aktif melawan bakteri, ragi dan jamur adalah asam parahidroksi benzoat ester : butil parahidroksi benzoat 1 butil benzoat 0,02 %. Metil parahidroksi benzoat (metil paraben) dan propil parahidroksibenzoat (propil paraben)  merupakan campuran pilihan.    
2.    Pengaroma
Ø  Scoville's : 330
Pengaroma dibutuhkan untuk membuat emulsi lezak dengan pertimbangan dibutuhkan dalam penggunanya. Formulasion natural, memberikan sejumlah campuran asumotik yang digunakan dengan efek yang baik. aroma dan rasa tajam tidak menyebar pada minyak sebab pengaruhnya lebih lembut. Untuk minyak hati ikan, ekstrat kering atau ekstrak glicynzhea yang diperoleh dari cengkeh atau mint yang mempunyai rasa dan penyebaran yang paling efektif. Kori adalah poling digunakan di Eropa. Dalam minyak hati ikan, warna coklat dan balsem lak juga baik.
Percobaan dalam penggunaan, minyak menguap sebagai penggorengan secara umum telah ditampilkan sebagai nor usaha menghilangkan rasa pada minyak hati ikan. Poling banyak efektif pada derajat tertentu, tetapi tidak cara yang meliputi rasa secara sempurna namun rasa yang lebih baik dari minyak sekarang ditemukan diperdagangan sebagai hasilnya, dapat mengembalikan kenyatanan dan kelezatan dengan beberapa pengaruhnya minyak.
Pengaroma yang sering ditambahkan ke dalam minyak sebelum proses emulsifikasi agar mengaromai fase internal.  Dalam beberapa fomulasi, kedua fase diaromai, Bisaanya 0,1 – 0,5 persen minyak menguap cukup untuk mengaroma emulsi.    
Semua pengaroma membutuhkan bahan pertonis untuk membuatnya lebih berasa enak sirup, gula, sakarin dapat digunakan untuk tujuan ini, dan alirerin juga mempunyai sifat sebagai pemanis. Namun demikian bahan-bahan harus digunakan dengan pertimbangan agar sediaan lebih baik dan tidak menutupi rasa dan beberapa komponen lain. kombinasi di beberapa bahan ini tidak    
3.    Pewarna
Ø  Scoville's : 330
Sebagian besar emulsi berwarna putih atau kuning dan gelap. Ini dikarenakan oleh perbedaan refleksi cahaya yang diberikan oleh minyak dan air, juga karena larutan gelap atau suspensi dari emulagator yang juga berwarna gelap. Jika larutan dari bahan-bahan jernih dan minyak dan air dapat menerangi pada refleksi yang sama, emulsi dari minyak hati ikan dengan penambahan gula yang cukup untuk menyebabkan refleksi. Gliserin memiliki efek yang sama terhadap minyak emulsi yang transparan dimana pertimbangannya mengandung jumlah minyak.  
19.     Pengertian HLB (Hidrofilik Lifofilik Balance)
a.      Rps 18th : 304
Sistem HLB adalah keseimbangan antara sejumlah emulgator hidrofilik dan lipofilik.
b.      Prescription : 221
HLB adalah nilai perbandingan antara sejumlah molekul lepofilik  dan hidrofilik.



Tabel HLB butuh bahan lemak / minyak yang umum
c.       Lachman : 1055
Nilai-nilai HLB yang diperlukan oleh lemak-lemak yang umum digunakan.
Bahan Kimia
Emulsi M / A
(Cairan)
Emulsi A / M
(Cairan)
Cetil alkohol
Stearil alkohol
Asam stearat
Lanolin anhidrat
Minyak mineral, ringan dan berat
Minyak biji kapas
Pertolatum
Malam tawan
Lilin parafin
15
14
15
10
12
10
12
12
11
-
-
-
8
-
5
5
4
4




d.      Rps 18th  : 305
Bahan Kimia
Emulsi M / A
(Cairan)
Emulsi A / M
(Cairan)
Asam stearat
Alkohol setil
Lording anhidrat
Minyak kapas
Minyak mineral ringan
Minyak mineral berat
Lilin tawan
Mirokristalin
Parafin 
-
-
8
-
4
4
5
-
-
17
13
15
7,5
10-12
10,5
10-16
9,5
9

20.      Manfaat atau kegunaan HLB (prescription : 221)
Nilai HLB dari fase minyak suatu emulsi, misalnya minyak, lilin dan lain-lain harus dipertimbangkan pertama adalah penentuan HLB apa yang cocok dari emulgator atau campuran emulgator yang dibutuhkan untuk menghasilkan emulsi yang stabil.



21.      Cara perhitungan HLB
a.    RPS 18th  : 306
HLB : S (jumlah gugus hidrofilik) – m (jumlah gugus /– OH, gugus) + 7 dimana m adalah jumlah gugus – CH2 yang ada dalam surfaktan 
b.   Parrot : 338
Nilai HLB butuh untuk membentuk emulsi air dalam minyak yan stabil digunakan minyak mineral seperti 5 polisobot 80 dan sorbitan sesquideat dengan nilai HLB 15 dan 3,7. Fraksi dari emulgator digunakan untuk membuat 50. L emulsi minyak mineral dalam air, fraksi dari masing-masing campuran emulgator yang digunakan dapat dihitung jika x adalah fraksi total campuran emulgator yang mengandung polinoman 80       (1 - x) adalah fraksi dari sorbitan sesqulokat. Nilai HLB campuran adalah 5, fraksi dari campuran yang mengandung folisonot 80 adalah :
15 x + 4,3 (1 – x) = 5
   x = 0,115
Campuran emulgotar yang dibutuhkan untuk membentuk emulsi air dalam minyak terdiri dari 11,5% polisonat 80 dan 88,5% sorbitan serquloleat.
Pasangan yang sama dari emulgator dapat digunakan untuk membuat emulsi minyak dalam air yang stabil dari minyak mineral adalah 12. fraksi dari masing-masing emulgator yang dibutuhkan dalam campuran dapat dihitung :
15 x + 4,3 (1 – x) = 12
   x = 0,735
campuran emulgator dibutuhkan untuk membentuk emulsi M/A terdidih dari 73,5% polisorbat 80 dan 26,5% sorbitan sesquioleat.